HIKAYAT PANJI SEMIRANG
Pada suatu masa di negeri daha
dan kuripan hiduplah 2 orang gadis cantik yang bernama Galuh Ajeng dan Galuh
Candra Kirana. Disuatu hari Raden Inu Kerta Pati bertunangan dengan Galuh
Candra Kirana didepan hadapan para permai dan majelis.
Raden Inu Kerta Pati : “Galuh Candra Kirana, pada hari ini kita akan
bertukar cincin tanda
pertunangan, apa engkau mau menerima ku
sebagai calon
pendampingmu?”
Galuh Candra Kirana : “Ya wahai Raden Inu Kerta Pati, aku mau
menerima mu sebagai calon
pendampingku dengan bermula
dari pertukaran cincin tanda pertuangan
ini.”
Setelah acara selesai, pada hari
itu Galuh Ajeng tidak menghadiri pertunangan candra kirana, dan dihari
selanjutnya Galuh Ajeng mendapat kabar bahwa Galuh candra kirana telah bertunangan
dengan Raden Inu Kerta Pati.
Galuh Candra Kirana
: “Mengapa kau tidak menghadiri kepesta
pertunangan aku wahai galuh
ajeng? Dan seandainya kau tahu bahwa saat itu aku berharap kau hadir
dan alangkah sangat senangnya hati ku disaat raden inu melamarku.”
Galuh Ajeng : Ya, pada saat itu aku tak bisa hadir karena
aku tak sanggup disaat kau telah
bertunangan dengan
kasih hatiku, wahai candra kirana.”
Galuh Candra Kirana
: “Maafkan aku saudaraku, tetapi aku
sangat menginginkan dia, andai kau
memberitahuku tentang rasa sakit hati mu sebelum pertunangan itu
terjadi,
mungkin aku akan mengalah demi mu.”
Disaat Galuh Ajeng melihat Galuh
Candra Kirana kegirangan, menangislah Galuh Ajeng tiada berhenti, serta
menangis dengan tangis yang sangat setiap petang dan pagi.
Ratu : “Begitu senangnya kau anakku, bertunangan
dengan orang pujaanmu.”
Galuh Candra.K. :
“Ya wahai ratu, dengan sangat hatiku
senang saat ini, aq tak menyangka ia mau
bertunangan denganku.”
Ratu : “Aku turut senang atas kabar ini anakku.”
Galuh Ajeng masih menangis
semakin hari semakin bertambah, dan Paduka liku merasa tidak tega terhadap
anaknya yang menangis dengan mata balut melihat bekas menangis, dan sakitlah
hatinya melihat perihal itu.
Paduka Liku : “Ada apa Galuh Ajeng? Apa yang membuat mu
menangis tiada henti seperti ini?”
Galuh Ajeng : Wahai Paduka liku, hatiku sangat teramat
sakit melihat candra kirana bertunangan
dengan Raden inu kerta pati.
Paduka Liku : Sudahlah anakku, kau tak pantas menangis
seperti ini, aku berjanji akan membalas
-kan luka hati mu
itu.
Setelah Paduka liku melihat
anaknya yang selalu menangis, Paduka liku pun menghadap ke bawah duli sang
Baginda Nata, paduka liku lalu duduk berderet dengan mahadewi didepan sang
nata.
Galuh candra kirana yang pada
saat itu duduk jauh, tanda menghormati ibunya.
Raja : “Galuh candra kirana, mengapa engkau jauh
disana dan tidak duduk berderet dengan
sang ratu?”
Galuh
Candra.K. : “Tak mengapa ayahanda, aku berada disini jauh dengan semuanya untuk
pertannda
menghormati sang ratu.”
Raja : “Sungguh ta’lim dan sopannya dirimu anakku,
kalau begitu mau mu aku akan
memaklumi.”
Selepas itu, Baginda sang nata memanggil candra kirana untuk
bersantap bersama.
Baginda sang
nata : “Galuh
candra kirana, kemarilah kau, mari kita santap hidangan ini
bersama – sama dengan mahadewi.”
Galuh
Candra.K. : “Terima kasih baginda, aku
amat teramat senang atas tawaranmu itu.”
Karena melihat hal itu, galuh ajeng dan paduka liku
bertambahlah sakit hatinya terhadap galuh candra kirana.
Galuh Ajeng :
“Wahai paduka liku, apa yang harus kita
lakukan? Apa aku hanya bisa melihat
Itu dengan
rela, bantulah aku ibu, semua ini sungguh tak adil bagiku.”
Paduka Liku :
“Ada satu hal yang ingin aku perbuat
kepada galuh candra kirana dan sang ratu,
tapi apakah
semua itu akan berjalan lancar?”
Galuh Ajeng :
“Apa itu ibu? Tak ada yang tak bisa kalau
kita belum mencobanya, aku sudah tak
sabar ingin
menyingkirkannya wahai paduka liku.”
Paduka Liku :
“Kau lihat saja nanti wahai anakku, apa
yang akan aku pebuat kepada mereka.”
Setelah selesai santap, kembalilah masing – masing mereka
dengan diiringi oleh dayang – dayang nya, setelah semua telah kembali, paduka
liku pun melancarkan rencananya dengan membuat tapai dibubuhi racun.
Paduka
Liku : “Pada hari ini lah permaisuri dan Candra kirana itu akan mati, dan hanya
aku
dan anakku
galuh ajeng lah yang akan
menggantikannya.”
Dayang – dayang itu pergilah
membawa persembahan, yang ditaruh didalam bokor emas yang sama majelis dan
permai itu. Dayang – dayang itu berjalan kembali menuju istana permaisuri, lalu
di persembahkannya dengan sifat yang manis seraya bersembah.
Dayang
1 : “Inilah persembahan paduka liku.”
Dayang 2 : “Yang tiada dengan sepertinya, yang diiringi
dengan sembah sujud.”
Paduka liku dan Galuh Ajeng
bersuka hati teramat sangat ketika melihat persembahan tapai itu disajikan di
majelis dan permai itu.
Paduka
Liku : “Jikalau candra kirana juga
memakan itu, akan aku jadikan anakku tunangan
Raden
Inu Kerta Pati, dan aku akan menduduki negeri daha dan kuripan ini,”
Galuh Ajeng : “Dan tiada pada hari itu juga mereka akan mati.”
Setelah melancarkan niat itu, dan
mereka berhasil untuk melumpuhkan candra kirana dan permaisuri dari negeri daha
dan kuripan ini, seluruh penduduk negeri itu pun turut berduka dengan
meninggalnya permaisuri dan candra kirana, dan negeri ini akan diduduki oleh
Paduka Liku dan anaknya Galuh Ajeng sebagai penggantinya.
Paduka
Liku : “Hahaha, sungguh senangnya hatiku wahai galuh ajeng, akhirnya kita dapat
menguasai
negeri ini sekarang dan seterusnya.”
Galuh
Ajeng : “Ya wahai ibunda, hatiku pun sungguh senang melihat candra kirana telah
tiada,
dan raden inu kerta pati pun akan menjadi milikku seorang.”
Setelah beberapa bulan Paduka liku dan Galuh
ajeng menduduki negeri daha dan kuripan, galuh ajeng pun bertunangan dengan
raden inu kerta pati dengan sangat terpaksa, dan sang raja hanya bisa
menyaksikan semua tanpa berkata sepatah kata pun.
= S E L E S
A I =
SUMBER: www.isra28blog.blogspot.com
izin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusGood
BalasHapus